Bamsoet Beri Catatan Penting Soal G20 ‘Urgensi Jalan Tengah Perdamaian Dunia’

Gambar Gravatar
Ketua MPR RI Ingatkan Beragam Tantangan untuk Panglima TNI Yudo
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Foto: MPR RI)

Urgensi Jalan Tengah Perdamaian Dunia

Di tengah gambaran paradoks dalam mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat global. Gagasan menjadikan Persaudaraan Insani dan Jalan Tengah sebagai pondasi dan titik tumpu, menemui urgensinya.

Pertama, Persaudaraan Insani, sebagaimana kita rujuk pada dokumen “Persaudaraan Insani untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” (Human Fraternity for World Peace and Living Together) yang di tandatangani bersama oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmed el-Tayeb pada tanggal 4 Februari 2019.

Bacaan Lainnya

Ini adalah penegasan komitmen untuk membangun sinergi dan kolaborasi dalam menghadapi berbagai krisis global, seperti konflik bersenjata atau perang, penindasan, dan kemiskinan.

Dokumen ini mengedepankan pendekatan transendental untuk membangun semangat persahabatan dan persaudaraan antar umat manusia.

Lebih jauh lagi, dokumen ini juga dapat kita maknai sebagai kritik atas realitas global, yang belum sepenuhnya sepadan dengan besarnya upaya kita untuk mewujudkan kehidupan dunia yang damai, adil, dan sejahtera.

Pokok pikiran yang menjiwai gagasan persaudaraan insani, di satu sisi mengisyaratkan urgensi untuk mengedepankan sikap dan perilaku yang berlandaskan pada kemurnian hati nurani, kepekaan sosial, moralitas dan nilai-nilai keagamaan.

Di sisi lain, spirit persaudaraan insani juga meniscayakan untuk mereduksi dominasi perilaku individualistis dan materalialistis.

Apsek kedua, konsep jalan tengah

Jika kita tarik benang merah dari setiap pemicu terjadinya krisis global. Salah satunya adalah adanya gap, ketimpangan, dan ke-tidak-seimbangan, baik dalam di mensi ekonomi, sosial, maupun politik.

Kita merasakan, betapa bumi tempat kita berpijak saat ini sudah semakin bertambah ‘tua’. Kemampuan bumi untuk menopang kehidupan umat manusia semakin menurun.

Seiring dengan semakin menipisnya dukungan sumber daya alam, khususnya SDA yang tidak dapat di perbaharui. Kondisi ini di perburuk oleh krisis iklim dan kerusakan lingkungan, yang sebagian besar justru di sebabkan oleh kelalaian kita sendiri.

Menurunnya daya dukung semesta terhadap kehidupan umat manusia, berbanding terbalik dengan pertumbuhan penduduk yang melaju dengan deret ukur.

Tanggal 15 November 2022 yang lalu, PBB memproyeksikan bahwa jumlah penduduk dunia di perkirakan akan mencapai 8 miliar jiwa.

Ketimpangan kemampuan alam untuk menopang kehidupan penduduk dunia. Jika tidak di sikapi dengan benar, dapat memicu lahirnya konflik perebutan sumber daya alam (SDA).

Dalam perspektif yang lebih luas, ketidak-seimbangan ini juga tercermin dari derasnya arus liberalisasi dalam segenap aspek kehidupan. Di mana mendorong tuntutan pemenuhan hak, namun di sisi lain mengesampingkan pemenuhan kewajiban.

Gambaran lain, laju peradaban dan modernitas zaman yang di topang oleh lompatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Juga tidak di imbangi oleh peningkatan moralitas dan kebijaksanaan dalam implementasinya.

Dan yang terjadi adalah, penyalahgunaan kemajuan teknologi untuk mencederai dan melukai, bukan untuk mendorong kemajuan peradaban.

Apa reaksi anda soal berita ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Iklan-Admin

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *