Kapal induk merupakan simbol dari kekuatan maritim yang dapat membawa kekuatan udara jauh ke balik cakrawala. Namun, memiliki kapal induk juga menyiratkan berbagai tantangan yang kompleks, termasuk dari segi teknis, logistik, dan pembiayaan. Hal ini disadari Amerika Serikat melalui kasus USS John C. Stennis yang tengah menjalani proses Overhaul yang berlangsung lebih lama dari rencana awalnya. Kapal induk raksasa ini sudah hampir lima tahun tenggelam karena berbagai kendala yang dialami, mulai dari efek pandemi hingga kekurangan tenaga kerja dan suku cadang. Masalah serupa juga dialami oleh kapal induk Admiral Kuznetsov milik Angkatan Laut Russia, yang bahkan mengalami kerusakan yang lebih parah.
Kenyataan bahwa memelihara kapal induk merupakan tugas yang sulit dan mahal, jelas dibuktikan oleh keadaan kapal induk Admiral Kuznetsov yang saat ini tengah dipertimbangkan untuk dibuang oleh Russia. Di sisi lain, China justru aktif memperbanyak armada kapal induknya, menunjukkan komitmen untuk memperkuat proyeksi udara maritim mereka. Fakta ini menggarisbawahi perlunya infrastruktur industri pendukung yang kuat dan sistem pemeliharaan yang handal untuk menjaga kapal induk tetap operasional. Indonesia pun menjadi sorotan dalam konteks ini, terutama jika TNI AL berniat membeli kapal induk bekas Italia. Langkah seperti apa yang akan diambil oleh Indonesia dalam menghadapi tantangan kepemilikan kapal induk, merupakan pertanyaan yang masih terbuka.

