Manajemen Kerumunan Masjidil Haram: Mendalami Studi Pengelolaan dan Konflik Kerumunan

Gambar Gravatar
Staf Ahli Ideologi dan Konstitusi Kemenkopolhukam Irjen Andry Wibowo. (dok. Istimewa)
Ditulis oleh
Dr Andry Wibowo Sik, MH, Msi
Staf Ahli Ideologi dan Konstitusi Kemenkopolhukam

KABAR DPR – Masjidil Haram sebagai pusat perkembangan Islam merupakan tempat mulia dan suci bagi umat muslim dunia. Sebagai tempat mulia yang disucikan, Masjidil Haram menjadi lokasi ritual keagamaan utama bagi umat Islam. Karenanya, hingga kini kemudian umat Islam dari seluruh dunia tidak terkecuali umat Islam dari Indonesia tidak pernah berhenti datang untuk beribadah ke Masjidil Haram.

Sebagai tempat mulia penuh berkah Masjidil Haram akan selalu menjadi epicentrum peradaban Islam hingga akhir zaman. Perkembangan penataan wilayah Masjidil Haram berkembang sangat pesat, khususnya pada era sekarang. Pengembangan Masjidil Haram tidak saja pada pengelolaan dimensi keagamaan tradisional lebih dari itu sebagai pengembangan arsitektur keagamaan yang modern.

Bacaan Lainnya

Bagi saya pribadi, Masjidil Haram nampak mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan jika dibandingkan awal tahun 2000-an ketika untuk pertama kalinya saya melaksanakan ibadah Umroh.

Saat ini di dalam kawasan Masjidil Haram banyak terdapat ruang ibadah baru maupun infrastruktur pendukung ibadah lainnya yang modern.

Pesatnya pengembangan kawasan Masjidil Haram tentunya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Arab Saudi yang merespons peningkatan arus umat Islam yang datang ke Masjidil Haram untuk beribadah. Prinsip development follow people need tampak dijalankan betul oleh Pemerintah kerajaan Saudi Arabia.

Pada konteks teori, tata kelola kepadatan kerumunan manusia harus diikuti dengan penyesuaian tata ruang sebagai faktor pendukung, agar dapat menampung jumlah manusia yang hadir. Pentingnya pengembangan faktor pendukung dan kebutuhan daya tampung demi mewujudkan kenyamanan, keselamatan, keamanan, dan keteraturan jamaah yang akan beribadah di Masjidil Haram.

Perkembangan lainnya adalah sistem pengendalian arus manusia yang datang dan keluar Masjidil Haram kini terlihat lebih ketat dan terorganisir. Selain sebaran petugas baik di dalam maupun di luar Masjidil Haram, pengaturan arus manusia dilakukan dengan membuat pembatas dan dan petunjuk arah tertulis. Namun petunjuk saat ini masih didominasi bahasa Arab, sehingga tidak semua jamaah memahaminya.

Hadirnya jutaan kaum muslimin dari berbagai macam negara dan bangsa di Masjidil Haram saat ini menjadi penanda simbolik perkembangan Islam yang pesat di dunia. Islam telah menjadi agama universal yang pengikutnya tersebar di seluruh penjuru bumi.

Konektivitas dan globalisasi memiliki konsekuensi, umat Islam yang datang ke Masjidil Haram akan semakin banyak dan tentunya memberikan implikasi pada pengelolaan manajemen kerumunan yang semakin baik.

Tata kelola ini dalam rangka mewujudkan Masjidil Haram sebagai tempat tujuan beribadah yang penuh kemuliaan dan keberkahan dan didukung oleh kepastian keamanan, keselamatan, keteraturan dan kenyamanan bagi seluruh jamaah.

Bagi Indonesia yang memiliki jumlah umat Islam terbesar di dunia dengan potensi mengirim jamaah terbanyak ke Mekkah, pengelolaan Masjidil Haram dapat memberi inspirasi pemerintah Republik Indonesia untuk selalu mengembangkan dan memajukan tata kelola pengendalian dan pelayanan bagi jamaah haji dan umrohnya lebih berkualitas di masa depan.

Pemerintah Indonesia perlu memastikan jamaah haji dan umroh Indonesia dapat menjalankan rukun agamanya secara baik dalam ekosistem pelayanan keamanan, keteraturan, keselamatan dan kenyamanan sesuai standar tata kelola kerumunan yang berlaku universal.

Diperlukan komunikasi intensif dan detail dalam membangun SOP bersama antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi. Keamanan, keteraturan, keselamatan dan kenyamanan adalah kebutuhan mendasar dan universal bagi para jamaah yang datang ke Masjidil Haram.

Karenanya perlu mendapatkan penanganan secara kolaboratif dengan standar yang sama. Sehingga kenyamanan untuk beribadah dapat dirasakan para jamaah haji maupun umroh sejak berangkat dari tanah air.

Masjidil Haram akan terus tumbuh dan berkembang menjadi wilayah multikultural padat yang sibuk dimasa depan.

Adalah sebuah kenyataan, jika Masjidil Haram menjadi kawasan umat muslim dunia yang mempunyai hak untuk beribadah secara aman, nyaman, teratur, dan khusyu.***

Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H

Mekkah, Juni 2023
Andry Wibowo

Apa reaksi anda soal berita ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Iklan-Admin

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *