KABARDPR.COM – Para petani di Indonesia harus gigit jari terkait rencana Bulog yang akan impor beras untuk memenuhi cadangan dalam negeri.
Sebab, rencana tersebut sudah diamini oleh para menteri terkait dalam rapat koordinasi terbatas. Rapat tersebut di lakukan agar Bulog mengimpor beras oleh negara untuk mengamankan stok yang saat ini diklaim tinggal 594 ribu ton.
“Bulog hanya melaksanakan dari perintah, penugasan. Kebijakan ini bertujuan untuk menstabilkan harga beras,” kata Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso, Kamis (24/11/2022).
Polemik impor beras ini muncul ketika Bulog menyebut produksi yang terbatas menyebabkan pihaknya sulit memenuhi stok cadangan beras pemerintah sebesar 1,2 juta ton. Minggu awal November stok Bulog tercatat hanya 651.000 ton atau 9,9 persen dari stok beras nasional yang tersebar 6,71 juta ton.
Sementara itu, data berbeda disampaikan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang menyebut selain di Bulog, 3 juta ton atau 50,5 persen berada di rumah tangga, 1,4 juta ton atau 22,1 persen di penggilingan, 800.000 ton atau 11,9 persen di pedagang, 300.000 ton atau 5 persen di hotel, restoran, kafe, dan 37.000 ton atau 0,6 persen di Pasar Induk Beras Cipinang.
Di sisi lain, Kementan mengklaim kalau produksi padi (beras) nasional saat ini dalam kondisi aman. Sebabnya, menurut Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Ismail Wahab, ada potensi produksi padi 10,24 juta ton gabah kering giling (GKG).
Terkait hal itu, Anggota Komisi IV DPR RI dari Hermanto menyayangkan perbedaan data stok beras antara Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan Kementerian Pertanian (Kementan), dan Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Bulog, kata Hermanto, menyampaikan stok beras saat ini menipis, sementara Kementan mengatakan stok beras surplus dan Bapanas dalam kondisi aman.
“Akhiri perbedaan data stok beras tersebut dengan mengefektifkan koordinasi guna meredam kecemasan masyarakat akan terjadinya kenaikan harga beras yang memicu inflasi,” kata Hermanto kepada wartawan, Jumat (25/11/2022).
Saling bantah data stok beras ini, menurut Politisi PKS ini, mengindikasikan instansi pemerintah yang berwenang tidak berkoordinasi secara baik. Sehingga, banyak petani mengeluhkan Terkait wacana impor beras tersebut.
“Kondisi tersebut dapat mengundang kekhawatiran bagi masyarakat berupa munculnya spekulan dan pelaku usaha untuk menimbun. Beras jadi langka, harga naik secara tidak wajar karena upaya mencari keuntungan besar,” ujarnya.
Pola perbedaan data stok beras semacam ini, lanjutnya, sangat dicemaskan karena dapat memicu kelangkaan beras di pasar dan mengundang pelaku usaha untuk melakukan impor beras.
“Impor beras ini tentu akan berakibat pada kerugian bagi petani domestik,” tegasnya.
“Kementan dan Bulog mestinya mendorong sektor hulu lebih produktif agar produk pertanian lebih berkualitas sehingga beras petani dapat diserap oleh pasar. Bersamaan dengan itu menjaga stabilitas harga dan mencegah inflasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut cadangan beras nasional terus mengalami peningkatanmencapai 9,71 juta ton. Beras sebanyak itu sangat mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Indonesia.
Stok beras pada bulan Juni 2022 sebagian besar berada di institusi rumah tangga yang mencapai 6,6 juta ton, kemudian di pedagang 1,04 juta ton, BULOG 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton dan di Horeka maupun industri sebesar 0,28 juta ton.
“Secara umum, rata-rata stok beras di seluruh institusi cenderung mengalami peningkatan pada periode 30 April 2022 dibandingkan periode 31 Maret 2022,” kata Deputi Bidang Statistik dan Produksi BPS Habibullah kepada wartawan, Senin (8/8/2022).
Oleh karenanya, pengamat pertanian Khudori mengatakan, masing-masing data yang dirilis masing-masing lembaga sejatinya mengacu pada survei Badan Pusat Statistik (BPS). Ia menilai, data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengacu pada stok per November 2022.
“Stok beras ini kan dinamis. Beda kepentingannya, jadi terlihat tidak sama datanya,” kata Khudori kepada wartawan, Selasa (Rabu (23/11/2022) lalu.
Untuk mencegah rencana impor beras, Khudori mengusulkan agar Bulog bisa memindahkan stok pedagang dan penggilingan menjadi stok Bulog untuk memperbesar cadangan beras yang dianggap tidak surplus.
“Tentu nanti kontraknya harus beli. Tinggal Bulog itung-itungan bisnis dengan pedagang dan penggilingan. Jika cara ini dilakukan dan bisa menambah stok 700.000 ton, stok akhir Bulog setidaknya bisa 1 juta ton. Tidak perlu kebijakan impor,” tuturnya.
Baca Artikel Lainnya di Google Berita