KABARDPR.COM – Rencana presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membentuk wadah yang berisikan Presiden terdahulu (Presidential Club) mendapat respons dari masyarakat luas.
Adapun wadah tersebut disebut sebagai “Presidential Club” atau klub Presiden.
Pasalnya, adanya Presidential Club sebagai bentuk sarana untuk menyatukan para mantan presiden Indonesia agar bisa tetap rutin berdiskusi terkait masalah-masalah strategis Indonesia.
Akan tetapi, pandangan berbeda disampaikan Ketua Perkumpulan The Victor Center, Matiur Saragi bahwa gagasan Presidential Club tersebut patut dicermati ulang.
Ia khawatir wacana ini nantinya bisa overlapping dengan Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) hingga soal landasan hukumnya.
“Harap diingat juga, kita jangan latah mengadopsi hal-hal yang tidak sesuai dengan kultur politik kita,” ucap Saragi dalam keterangannya yang dikutip, Rabu (8/5).
“Kita mengetahui bagaimana soal Kantor Staf Kepresidenan yang bisa disebut Wings namun dalam praktiknya kurang maksimal dalam mengawal & memastikan program-program pemerintah berjalan,” tambahnya.
Menurutnya, gagasan persatuan nasional tidak inheren dengan gagasan Presidential Club seperti yang terjadi di beberapa negara.
Pasalnya, keinginan adanya penguatan demokrasi dengan perimbangan kekuasaan di luar pemerintahan, misalnya PDIP dan PKS tidak berada di kekuasaan atau menempatkan kader atau rekomendasikan sebagai personal incharge di pemerintahan yang akan datang
“Bahwa campaign Prabowo Gibran adalah melanjutkan program Jokowi tidak serta merta mengharuskan para mantan presiden berada dalam satu institusi, yang dapat dibaca sebagai konsolidasi elit vis a vis rakyat,” jelasnya.
“Penguatan demokrasi itu sejatinya mendorong agar program Asta Cita itu berjalan dengan baik,” pungkasnya.
